Senin, 09 April 2018

RUMAH ACEH


Rumah Adat Aceh

Berdasarkan ketinggian rumah dan fungsinya, rumah adat aceh diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu, Rumoh AcehRumoh Santeut dan Rangkang. Namun yang banyak diketahui publik hanyalah rumoh aceh sehingga Rumoh Aceh menjadi ciri khas rumah adat Aceh. Rumoh Aceh memiliki tiang yang paling tinggi dibandingkan dengan kedua rumah lainnya, namun memiliki fungsi yang sama dengan Rumoh Santeut yaitu sebagai rumah tinggal. Sedangkan Rangkang memiliki tinggi yang sama dengan dengan Rumoh Santeut namun memiliki fungsi sebagai balai pertemuan atau mengaji.

Rumoh Aceh

Rumah Aceh atau Rumoh Aceh dalam bahasa Aceh adalah rumah adat Aceh yang berbentuk rumah panggung dengan denah rumah berupa persegi panjang dan diposisikan dari timur ke barat agar tidak sulit menentukan arah kiblat sedangkan tampak depan menghadap utara-selatan. Salah satu ciri khas rumoh Aceh ini adalah tiang-tiang penopang rumah yang sangat tinggi, yaitu sekitar 2,5-3 meter. Luas bangunannya pun minimal 200 m2 dengan ketinggian dasar lantai hingga atap mencapai 8 m. Walaupun memiliki ukuran yang besar salah satu kehebatan rumoh aceh ini adalah pembangunannya yang hanya menggunakan tali ijuk, pasak serta baji dengan material utamanya kayu, papan dan daun rumbia untuk atapnya. Namun hingga hari ini rumah aceh ini masih berdiri tegak setelah dibangun lebih dari 200 tahun. Berikut ini replika gambar rumah aceh yang berada di TMII.
Penggunaan bahan yang berasal dari alam merupakan wujud penghormatan dan pemanfaatan warga aceh terhadap sumber daya alam yang melimpah disekitarnya   serta wujud terimakasih kepada Allah SWT. Karena bagi masyarakat Aceh perihal membangun rumah tidaklah sederhana karena pembangunannya diibaratkan membangun kehidupan sehingga diperlukan upacara adat yang harus dipenuhi sebelum memulai proses pembangunan.
Upacara adat ini melalui tiga tahapan. Tahapan pertama yaitu upacara adat yang digelar pada saat diambilnya material bangunan dari hutan. Tahapan kedua yaitu upacara adat saat akan mulai proses pembangunan, dimana tanggal yang diambil diputuskan oleh Teungku (ulama setempat). Sedangkan tahapan terakhir yaitu upacara adat yang dilakukan setelah rumah telah rampung atau pada saat rumah akan ditinggali. Proses pembangunannya pun melalui proses musyawarah dengan keluarga, masukan dari Teungku dan pembangunannya dilakukan secara bergotong royong. Hal inilah yang menyebabkan terciptanya keharmonisan dalam lingkungan bermasyarakat yang berjalan lurus dengan adat. Adapun aturan penempatan ruang dalam rumah aceh berperan sebagai lambang ketaatan pada aturan.

Ruang depan atau Seuramoe Keue / Seuramoe Reunyeun

Ruang depan atau Seuramoe Keue / Seuramoe Reunyeun adalah sebuah ruangan luas memanjang tanpa sekat-sekat yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ruang tamu ini terbuka bagi siapa saja baik pria maupun wanita. Selain untuk menerima tamu, ruang ini juga dimanfaatkan sebagai area mengaji dan istirahat anak laki-laki, area pertemuan keluarga, area makan-makan saat ada upacara pernikahan atau upacara adat lainnya.  Pada area barat diletakkan tikar besar di lantai serta tikar duduk anyaman kecil yang berbentuk segi empat sebagai tempat duduk para tamu. Di dalam ruangan ini pun terdapat tangga yang menghubungkan ruangan depan dengan ruangan tengah. Jumlah anak tangganya biasanya bilangan ganjil sekitar 7 atau 9 anak tangga.Rumah inong aceh

Ruang Tengah atau Tungai (Rumoh Inong dan Rumoh Anjoeng)

Ruang Tengah atau tungai merupakan ruang bersekat yang berada di antara ruang depan dan belakang dan memiliki posisi lebih tinggi setengah meter dari kedua ruang tersebut. Ruang ini terbagi menjadi dua kamar yang berhadapan yaitu rumah inong atau rumah induk dan rumah anjoeng. Rumoh inong merupakan kamar tidur yang dipakai oleh kepala keluarga, sedangkan rumoh anjoeng merupakan kamar tidur yang dipakai anak perempuan.  Bila memiliki lebih dari satu anak perempuan, maka kepala keluarga akan tidur di ruang belakang selama sbelum dapat membangun ruangan baru yang terpisah. Keunikan ruang inong yaitu ruang  dapat digunakan sebagai tempat pelaminan di acara pernikahan selain itu bagian lantainya yang terbuat dari papan dapat dibongkar pasang untuk memandikan mayat anggota keluarga.
Pada ruang tengah ini juga terdapat sebuah gang yang disebut rambat. Rambat ini diapit oleh rumoh inong dan rumoh anjoeng dan berfungsi sebagai ruang yang menghubungkan ruang depan dan ruang belakang. Namun akses rambat ini pun terbatas apalagi bila lelaki ingin melewatinya. Akses hanya diberikan kepada  kerabat keluarga yang dekat. Hal ini dilakukan karena rambat merupakan akses jalan menuju ruang belakang yaitu area khusus wanita.

Ruang Belakang atau Seuramoe Likot

Ruang Belakang atau Seuramoe likot merupakan ruangan yang terletak di belakang dengan ketinggian lantai yang sama dengan ruang depan dan juga tidak ada sekat sekat. Ruangan ini digunakan sebagai tempat berkumpulnya penghuni rumah, ruang makan, tempat para wanita berkegiatan seperti menjahit dan menganyam serta merangkap sebagai dapur. Namun ada pula yang memisahkan dapurnya di belakang seuramoe likot atau disebut rumoh dapu dengan posisi lantai yang sedikit lebih rendah. Selain itu di bagian umumnya terdapat loteng yang dibangun khusus sebagai tempat penyimpanan barang berharga keluarga.
seuram0e likot aceh
Selain dari tiga ruangan utama di atas, umumnya rumoh aceh dilengkapi oleh Kroeng Pade atau lumbung padi untuk menyimpan padi dan juga bale atau balai yang dimanfaatkan sebagai tempat melepas lelah sejenak. Bangunan ini terpisah dari rumah utama dan biasanya diletakkan di sekitar rumah.
kroeng pade aceh
Rumah Aceh atau Rumoh Aceh terdiri atas tiang-tiang penopang lantai, tangga, lantai, dinding, jendela dan atap yang keseluruhannya dibangun tanpa menggunakan paku. Material yang digunakan yaitu tali pengikat yang berbahan tali ijuk, pasak, rotan dan kulit pohon waru, papan, enau, kayu dan bamboo.
Banyaknya jumlah tiang penopang di rumah aceh bervariasi tergantung dari berapa banyak ruangan yang terdapat di dalam rumah atau dari seberapa luas ukuran rumah. Biasanya masyarakat aceh membangun rumah dengan jumlah tiang sebanyak 16, 18, 22 dan 24. Namun ada pula yang sanggup membangun dengan jumlah tiang mencapai 40 atau bahkan 80. Jumlah tiang 16 biasanya untuk rumah yang mempunyai tiga ruangan, sedangkan  jumlah tiang 24 untuk rumah yang mempunyai 5 ruangan. Material yang digunakan untuk membuat tiang ini biasanya dari bahan kayu dan bentuknya bulat dengan diameter kurang lebihnya 20-35 cm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar